Selamat datang di Novo Olshop ! Pilih barang yang anda inginkan dan sms atau WA ke 0838 4000 1415

Jumat, 06 Oktober 2017

Kelurusan Candi-candi Jawa



Oleh:
Rendy Kartiko
&
Novo Indarto

Tulisan ini sebenarnya pernah saya publish di website beberapa tahun lalu tepatnya 1 Januari 2015.  Karena tidak diperpanjang, artikel tersebut kemudian hilang bersama website-nya.  Diawali dari atensi Rendy terhadap geologi dan bebatuan, calon profesor ITB ini menelisik lokasi-lokasi peninggalan masa lalu yang ternyata membentuk pola-pola menarik.  Digabungkan dengan ilmu sejarah dan arkeologi, diharapkan tulisan ini bisa menyajikan sebuah fakta baru yang belum pernah terpikirkan para ilmuan sebelumnya.

Sebelum Pangeran Mangkubumi mendirikan kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat di Yogyakarta, beliau telah berkeliling ke segala penjuru pulau Jawa dalam melakukan perang masa itu.  Beliau biasa keluar masuk hutan, sabana stepa yang masa itu masih banyak ditemukan, dan juga naik turun gunung.  Sensitivitasnya terhadap lokasi-lokasi geografis mengilhaminya dalam menentukan ibukota kerajaan.  Kini, sebagian orang tahu bahwa ternyata kraton Yogyakarta dibangun satu garis lurus imajiner antara Gunung Merapi – Tugu – Alun2 Utara – Keraton – Alun2 Selatan – Panggung Krapyak – Laut Selatan.  Masyarakat Jawa masa itu sangat menghormati garis imajiner ini hingga muncul kebanggaan kalau mempunyai rumah di pinggir jalan garis imajiner atau bahkan sekedar sejajar dengan garis tersebut.  Fenomena ini hanya sekedar contoh pengantar dalam pembahasan kelurusan candi-candi Jawa, sebuah bukti bahwa garis yang tak tampak di masa lalu sebenarnya diakui keberadaannya.

Bagaimana dengan garis imajiner masa Hindu – Budha?

Garis Dieng – Prambanan

Apabila suatu garis lurus imajiner ditarik dari Candi di Dieng dengan Candi Prambanan maka akan mengikuti suatu garis berazimuth N137E (137 derajat dari utara).  Pada garis ini, kurang lebih di tengah nya (sekitar 47 km) dari Dieng terdapat Bukit Tidar di Kota Magelang.  Bila garis lurus tersebut diteruskan ke arah barat laut dari Dieng, maka akan mengenai pantai barat dari India di sekitar Hyderabad.  Pada Pulau Sumatra, garis tersebut akan memotong kompleks candi Muaro Jambi.
 
Gambar 1.
Kelurusan Dieng-Prambanan, dan kemenerusannya hingga India

Seorang yang berdiri di sekitar Dieng tentunya akan terhalang saat menembak pada arah N137E ke arah Prambanan. Penghalang utamanya adalah dua gunung yang juga berada pada garis ini, yaitu Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Pada daerah di timur Gunung Sumbing, terdapat juga suatu candi yang berada pada kisaran zona garis ini, yaitu Candi Selogriyo. Sementara itu di Kota Magelang, garis ini melewati daerah Dumpoh, tempat dimana ditemukan prasasti Poh.
Zona garis N137E ini menurut kami adalah zona garis utama dalam penentuan candi-candi jawa yang beraliran hindu. Dan ini menunjukkan bahwa para raja-raja hindu jawa mengacu pada titik utama di India dan Sumatra timur (Jambi)/Sriwijaya. Perkembangan garis ini semakin ke arah tenggara, dan berakhir di sekitar Kraton Boko di selatan Prambanan.
Dari garis utama ini dengan kombinasinya dari empat titik Gunung Jawa (Sindoro, Sumbing, Merbabu, Merapi) maka didapatkan beberapa garis-garis lokal yang korelatif dengan posisi candi-candi yang ditemukan seperti terlihat pada gambar 2.


Kelurusan Dieng – Prambanan dan kelurusan lokalnya

1.     Garis Gunung Sumbing – Gunung Merapi. Kelurusan imajiner dari Gunung Sumbing hingga Gunung Merapi akan melewati Candi Selogriyo yang berada di lereng dari Komplek Gunung Gianti, di timur Gunung Sumbing. Gunung Selogriyo ini.
2.     Garis Gunung Sindoro – Gunung Merapi. Pada kelurusan ini ditemui situs Candi Retno di sekitar Pucang, Kabupaten Magelang
3.    Garis Candi Selogriyo – Gunung Merbabu. Pada kelurusan ini ditemui Candi Retno di sekitar Pucang, Kabupaten Magelang. Lokasi Daerah Candi Retno diperkirakan merupakan daerah yang penting dari pertemuan kelurusan-kelurusan ini.
4.     Garis Dieng – Gunung Merbabu. Pada kelurusan ini ditemui Candi Umbul, yang berada di daerah Grabag Magelang. Candi ini juga merupakan daerah mata air panas.

 

Garis Timur Barat Dieng

Seorang yang berdiri di Dieng, dan memandang ke timur (arah matahari terbit, pada posisi N90E) maka dia akan berada dalam suatu garis imajiner timur-barat yang memotong wilayah Dieng (Gambar 1).
Pada sisi timur, di selatan Gunung Ungaran, terdapat Kompleks Gedongsongo. Percandian Gedongsongo terdapat berada di sisi timur (N90E) dari Dieng, yang menunjukkan adanya kemungkinan pengaruh dari garis barat-timur ini. Sementara itu di sisi barat dari Dieng, pada lokasi yang jauh di Jawa Barat, terdapat Candi Cangkuang. Candi ini berada di daerah Leles, Jawa Barat dan berada relatif pada sisi N270E (dengan defleksi hingga 3 derajat) dari Dieng.


Kelurusan Barat-Timur Dieng
Menurut kami, Candi Cangkuang memiliki kemungkinan merupakan kompleks candi yang lebih tua yang memandang pada lokasi baru untuk daerah pengembangan, yaitu pada daerah timur (Dieng). Sedangkan Gedongsongo merupakan daerah candi yang lebih muda dari Dieng. Pergerakan dari garis ini dari tua ke muda adalah dari barat menuju timur. 



(Tulisan ini masih dalam tahap penyelesaian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar