Oleh:
Rendy Kartiko
&
Novo Indarto
Tulisan ini sebenarnya pernah saya
publish di website beberapa tahun lalu tepatnya 1 Januari 2015. Karena tidak diperpanjang, artikel tersebut
kemudian hilang bersama website-nya. Diawali
dari atensi Rendy terhadap geologi dan bebatuan, calon profesor ITB ini
menelisik lokasi-lokasi peninggalan masa lalu yang ternyata membentuk pola-pola
menarik. Digabungkan dengan ilmu sejarah dan arkeologi, diharapkan tulisan ini bisa menyajikan sebuah fakta baru yang belum pernah terpikirkan para ilmuan sebelumnya.
Sebelum Pangeran Mangkubumi
mendirikan kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat di Yogyakarta, beliau telah
berkeliling ke segala penjuru pulau Jawa dalam melakukan perang masa itu. Beliau biasa keluar masuk hutan, sabana stepa
yang masa itu masih banyak ditemukan, dan juga naik turun gunung. Sensitivitasnya terhadap lokasi-lokasi
geografis mengilhaminya dalam menentukan ibukota kerajaan. Kini, sebagian orang tahu bahwa ternyata
kraton Yogyakarta dibangun satu garis lurus imajiner antara Gunung Merapi – Tugu
– Alun2 Utara – Keraton – Alun2 Selatan – Panggung Krapyak – Laut Selatan. Masyarakat Jawa masa itu sangat menghormati
garis imajiner ini hingga muncul kebanggaan kalau mempunyai rumah di pinggir
jalan garis imajiner atau bahkan sekedar sejajar dengan garis tersebut. Fenomena ini hanya sekedar contoh pengantar
dalam pembahasan kelurusan candi-candi Jawa, sebuah bukti bahwa garis yang tak
tampak di masa lalu sebenarnya diakui keberadaannya.
Bagaimana dengan garis imajiner
masa Hindu – Budha?
Garis Dieng – Prambanan
Apabila suatu garis lurus imajiner
ditarik dari Candi di Dieng dengan Candi Prambanan maka akan mengikuti suatu
garis berazimuth N137E (137 derajat dari utara). Pada garis ini, kurang lebih di tengah nya
(sekitar 47 km) dari Dieng terdapat Bukit Tidar di Kota Magelang. Bila garis lurus tersebut diteruskan ke arah
barat laut dari Dieng, maka akan mengenai pantai barat dari India di sekitar
Hyderabad. Pada Pulau Sumatra, garis
tersebut akan memotong kompleks candi Muaro Jambi.
Gambar
1.
Kelurusan Dieng-Prambanan, dan kemenerusannya
hingga India
Seorang
yang berdiri di sekitar Dieng tentunya akan terhalang saat menembak pada arah
N137E ke arah Prambanan. Penghalang utamanya adalah dua gunung yang juga berada
pada garis ini, yaitu Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Pada daerah di timur
Gunung Sumbing, terdapat juga suatu candi yang berada pada kisaran zona garis
ini, yaitu Candi Selogriyo. Sementara itu di Kota Magelang, garis ini melewati
daerah Dumpoh, tempat dimana ditemukan prasasti Poh.
Zona
garis N137E ini menurut kami adalah zona garis utama dalam penentuan
candi-candi jawa yang beraliran hindu. Dan ini menunjukkan bahwa para raja-raja
hindu jawa mengacu pada titik utama di India dan Sumatra timur
(Jambi)/Sriwijaya. Perkembangan garis ini semakin ke arah tenggara, dan
berakhir di sekitar Kraton Boko di selatan Prambanan.
Dari
garis utama ini dengan kombinasinya dari empat titik Gunung Jawa (Sindoro,
Sumbing, Merbabu, Merapi) maka didapatkan beberapa garis-garis lokal yang
korelatif dengan posisi candi-candi yang ditemukan seperti terlihat pada gambar 2.
Gambar 2.
Kelurusan Dieng – Prambanan dan kelurusan
lokalnya
1. Garis Gunung Sumbing – Gunung Merapi. Kelurusan imajiner dari
Gunung Sumbing hingga Gunung Merapi akan melewati Candi Selogriyo yang berada
di lereng dari Komplek Gunung Gianti, di timur Gunung Sumbing. Gunung Selogriyo
ini.
2. Garis Gunung Sindoro – Gunung Merapi. Pada kelurusan ini ditemui
situs Candi Retno di sekitar Pucang, Kabupaten Magelang
3. Garis Candi Selogriyo – Gunung Merbabu. Pada kelurusan ini ditemui
Candi Retno di sekitar Pucang, Kabupaten Magelang. Lokasi Daerah Candi Retno
diperkirakan merupakan daerah yang penting dari pertemuan kelurusan-kelurusan
ini.
4. Garis Dieng – Gunung Merbabu. Pada kelurusan ini ditemui Candi
Umbul, yang berada di daerah Grabag Magelang. Candi ini juga merupakan daerah
mata air panas.
Garis Timur – Barat Dieng
Seorang yang berdiri
di Dieng, dan memandang ke timur (arah matahari terbit, pada posisi N90E) maka
dia akan berada dalam suatu garis imajiner timur-barat yang memotong wilayah
Dieng (Gambar
1).
Pada sisi
timur, di selatan Gunung Ungaran, terdapat Kompleks Gedongsongo. Percandian
Gedongsongo terdapat berada di sisi timur (N90E) dari Dieng, yang menunjukkan
adanya kemungkinan pengaruh dari garis barat-timur ini. Sementara itu di sisi
barat dari Dieng, pada lokasi yang jauh di Jawa Barat, terdapat Candi
Cangkuang. Candi ini berada di daerah Leles, Jawa Barat dan berada relatif pada
sisi N270E (dengan defleksi hingga 3 derajat) dari Dieng.
Gambar 3.
Kelurusan Barat-Timur Dieng
Menurut kami, Candi Cangkuang memiliki kemungkinan
merupakan kompleks candi yang lebih tua yang memandang pada lokasi baru untuk
daerah pengembangan, yaitu pada daerah timur (Dieng). Sedangkan Gedongsongo
merupakan daerah candi yang lebih muda dari Dieng. Pergerakan dari garis ini
dari tua ke muda adalah dari barat menuju timur.
(Tulisan ini masih dalam tahap penyelesaian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar