Oleh : Novo Indarto
Dipublikasikan di Facebook tanggal 9 Maret 2016
(Seharian ini media dipenuhi berita gerhana matahari pagi tadi, mengingatkan saya pada mbak Hanum Rais.
Loh apa hubungannya?)
Sekitar jam 9 malam, lelaki tersebut menunjuk ke bulan dan menggerakkan
jarinya seakan membelah sesuatu, dan bulan pun terbelah menjadi dua!
Dua bagian bulan tersebut menjauh kemudian tidak lama mendekat menyatu
lagi. Orang-orang di sekitar lelaki tersebut pun ramai. Sebagian
takjub namun sebagian menganggapnya sebuah sihir belaka. Sebagian dari
mereka kemudian pergi ke pinggir kota menunggu para pedagang yang baru
datang dari jauh. Beberapa hari menunggu datanglah rombongan pedagang.
Para penduduk bertanya kepada pedagang, “Apakah kalian melihat bulan
tidak seperti biasanya?” Jawab pedagang, “Ya, beberapa malam lalu kami
melihat bulan terbelah menjadi dua kemudian bersatu lagi.” Semakin
gemparlah penduduk kota. Itu bukan sihir, pikir mereka.
Peristiwa tersebut terjadi tahun 617 Masehi dan dilihat masyarakat di
bagian bumi yang berbeda. Nun jauh di seberang lautan di semenanjung
Hindia dimana matahari dan bulan menjadi bagian penting dalam budaya
mereka, banyak masyarakat yang menyaksikan fenomena tersebut. Tidak
tanggung-tanggung, dua raja tercatat dalam sejarah menjadi saksi. Yang
pertama bernama King Cheraman Perumal (King Chakrawati Farmas), seorang
raja Kodungallur dari Chera Empire di pantai Malabar, Kerala, India
yang pada jam setengah 12 masih menikmati malam bersama istrinya di
bagian atas istana. Kejadian tersebut tercatat dalam manuskrip nomor
2807 halaman 152-173 yang tersimpan di London. Saat sekelompok pedagang
Arab singgah di pelabuhan Malabar, mereka menghadap raja dan bercerita
bahwa mereka berasal dari daerah dimana seorang lelaki ditantang
penduduk untuk membelah bulan dan ternyata bisa membelah bulan dengan
isyarat jari tangannya. Sang raja terhenyak dan langsung memberikan
tahta pada anaknya. Ia bersama rombongan mencari lelaki tersebut ke
sebuah kota yang dikelilingi padang pasir. Ia berhasil bertemu dan
mempersembahkan oleh-oleh jahe dalam tembikar yang saat itu merupakan
komoditas mahal. Ia diberi nama baru Tajuddin oleh lelaki tersebut. Ia
kembali ke negerinya dengan rombongan dan Malik bin Dinar namun
meninggal di Oman. Surat yang telah ditulis sebelum meninggal
disampaikan kepada keluarga kerajaan dan dibangunlah 14 masjid pertama
di India di sekitar Kerala yang bisa dilihat hingga sekarang dengan
struktur yang masih sama.
Kemudian raja kedua adalah King Bhoj,
seorang raja Dhar di perbatasan Madya Pradesh dan Gujarat. Melihat
bulan terbelah dua, ia ketakutan dunia akan kiamat dan langsung
memerintahkan tanda bahaya. Kemudian ia menyuruh para resi untuk
membuka semua pustaka kuno sanskerta apakah ada keterangan berkaitan
dengan hal tersebut. Didapatlah keterangan di Veda, Bavisha Purana,
Mahabharata, dan Kalki Purana bahwa seorang Bathara Guru akan datang ke
negeri asing (mlechcha acharya) dan ia berasal dari daerah berpasir
(marusthal). Ia bernama Mahaamad dan akan datang ke Bhoj penguasa Dhar
dan mengajarkan agama yang membolehkan makan daging atas perintah Ishwar
(=Tuhan). Nama Mahaamad disebut lima kali dalam 18 bait di Bavisha
Purana. Raja Bhoj kemudian mendapat informasi bahwa lelaki tersebut
adalah Nabi Muhammad yang tinggal di gurun Arabia. Ia memutuskan pergi
menemuinya bersama menterinya (dalam kisah lain disebut hanya menyuruh
menterinya). Ia berhasil bertemu dan diberi nama Abdullah oleh beliau.
Sekembali ke kerajaannya, keluarga kerajaan tidak mau menerimanya
kembali karena ia telah berganti keyakinan. Ia kemudian hidup tidak
sebagai raja dan tidak diketahui akhir hidupnya.
Dalam
Mahabharata disebutkan bahwa seorang bijak akan datang. Kemanapun ia
pergi, ada awan yang selalu berjalan menaunginya. Dalam sejarah lain
memang tercatat bahwa Buhaira seorang pendeta Nasrani dari Suriah
mengenali Muhammad muda dengan ciri yang juga tercantum dalam kitabnya.
Dalam kitab Kalki Purana bahkan lebih lengkap lagi. Disebutkan bahwa
avatar terakhir akan datang di Kali Yuga (=jaman kehancuran) untuk
memberi kedamaian, ia lahir pada hari kedua belas (Muhammad lahir 12
Rabiul Awal), ayahnya bernama Vishnu Bhagat (=pelayan tuhan=Abdullah),
ibunya bernama Soomati (=perdamaian=Aminah), berbadan atletis, berbau
wangi, mendapat kebijaksanaan di sebuah gunung (Muhammad mendapat wahyu
pertama di gua Gunung Hira), mendapat kuda dari tuhan yang berlari lebih
cepat dari cahaya mengelilingi bumi dan 7 langit (Muhammad saat Isra’
Mi’raj mengendarai Bouraq), dan…..akan membelah bulan!
Tiga ratus
tahun kemudian, India utara dan barat laut ditaklukkan oleh Sultan
Mahmud bin Sabaktakin al Ghaznawi dari Dinasti Abbasiyah. Ikut
menyertai beliau adalah cendekiawan jenius Al Biruni yang mencatat dalam
buku Tarikh al-Yamini bahwa bawa dalam sebuah penaklukan yang dilakukan
oleh Sultan Mahmud bin Sabaktakin al-Ghaznawi terhadap sebuah kerajaan
yang masih menganut paganisme di India ia menemukan lempengan batu di
dalam sebuah istana taklukan tersebut. Pada lempengan tersebut terpahat
tulisan, “Istana ini dibangun pada malam terbelahnya bulan, dan
peristiwa itu mangandung pelajaran bagi orang yang mengambil pelajaran.”
Masih banyak kisah lain yang membuktikan bahwa bulan memang
pernah terbelah, bukan sekedar hoax. Sebut saja nama Baba Ratan dari
Bhatinda di Punjab yang juga menyaksikan kejadian tersebut. Ia berhaji
dua kali makamnya ada di Tabar Hind. Penanggalan suku Maya menyebutkan
bahwa terjadi gempa di bulan pada 9.9.9.16.0 yang dianggap sama dengan
penanggalan Gregorian tanggal 9 February 623 M (sedikit berbeda) dan
lambang kelinci yang mukanya terbagi dua diganti dengan lambang monyet.
Penanggalan China juga mencatat peristiwa fenomenal pada abad ke-7 di
masa Raja Sun Wu Kong (awal Dinasti Tang) yang menganggap tahun tersebut
dihitung lebih lama 5 hari untuk memberi waktu bulan ber-reorganizasi.
Pada masa itu pula diciptakan FESTIVAL BULAN dimana penduduk memakan
kue bulan di luar rumah di bawah bulan, caranya memakannya pun ada
aturan tersendiri yaitu kue harus dibelah dua terlebih dahulu baru boleh
dimakan.
Dan…..akan tetap ada yang bilang bahwa itu semua adalah hoax.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar